Minggu, 28 April 2013

Lupus, I Hate You!Part 2/end

Lupus, I Hate You!Part 2/end



Title: “Lupus, I Hate You!Part 2/end”
Author: Meira/Kim Yoon Eun
Cast: Cho Kyuhyun, Lee Hyunsae, Lee Yura
Genre: Sad, Romance, Hurt
Length: Chaptered
FF ini saya buat karena terinspirasi dari salah satu novel karya Demian Dematra. Tapi, tentu dengan beberapa perubahan yang saya buat karena saya bukan PLAGIAT! Tapi, mungkin ini akan terlihat seperti ringkasan cerita dari novel tersebut. Oke karna saya tak pandai bercuap-cuap. Jadi, Happy Reading!
WARNING! Typo berkeliaran!
Before~
Deg! Aku bangun seketika karena sehelai daun yang jatuh tepat di mukaku. Tapi, aku merasa ada yang ganjil. Yura! Dimana dia? Aku menengok kepalaku kekanan dan mendapati Yura berjalan terlalu menjauh. Aku bangkit dan berjalan mendekat ke arahnya. Saat sudah agak dekat, aku merasa ada yang aneh dengan Yura. Dia berjalan sempoyongan sambil memegang kepalanya. Oh tidak! Jangan katakana kalau ia sedang serangan!
Strory Begin~
Aku segera berlari dan memeluknya. Dan benar saja ia pasti sangat kesakitan hingga pingsan dalam pelukanku. Aku tak bisa berpikir jernih saat ini. Aku hanya berteriak meminta tolong hingga seorang petugas taman yang membantuku keluar dari taman dan mencari mobil untuk sampai ke Seoul secepatnya dengan mobil patroli.
Hingga sampai di rumah sakit aku hanya mengenggam tangannya dan terus meracau berdoa agar ia dapat selamat. Kyuhyun dengan sigap membantuku memindahkan tubuh Yura ke kasur dorong. “Tenang. Biar kami yang memeriksanya,” ujar Kyuhyun lembut saat kami tiba didepan pintu UGD. Ia seolah sedang memberiku ketenangan dan berhasil. Pintu UGD tertutup menyisakan aku yang berdiri gusar menunggu Yura di periksa. Bukannya aku tak percaya pada Kyuhyun, tapi aku ingin memastikan keadaan adikku sendiri.
ANA positif. DsDNA 5000. EEG ada kerusakan otak.
Mataku melebar setelah membaca hasil tes ANA milik Yura. Sudah dua hari aku menunggui Yura dengan kondisinya yang terus menurun.hatiku sakit melihatnya seperti ini. Kenapa bukan aku saja yang terkena Lupus? Kenapa harus Yura? Aku hanya menatapnya nanar. Aku ingin menangis tapi tetap tak bisa. Memori ketika kami masih kecil berputar di otakku. Ketika kami harus merelakan eomma pergi dan tak seberapa lama appa yang pergi. Ketika kami diusir oleh pamanku sendiri. Ketika kami harus mengamen untuk bertahan hidup dan ketika kami bermain bersama. Semuanya berputar dengan cepat.
Aku keluar dari kamar rawat Yura. Mencari tempat yang tepat untuk menangis dan atap rumah sakit adalah pilihan yang paling tepat.
Sesampainya di atap aku menangis sekencang-kencangnya kakiku terasa lemah sampai aku terjatuh dengan lutut menopang tubuhku. “Lupus bukanlah akhir dari segalanya,” terdengar suara bass yang amatku kenal.
Aku menoleh dan berkata, “sebenarnya apa yang kau lakukan disini, eoh?!” kutatap Kyuhyun tajam. “Apa kau mau melihat penderitaanku?!”
Kyuhyun memalingkan wajahnya. “Rumah sakit ini untuk semua orang .  kesusahan bukan hanya milikmu. Ckck. Dokter macam apa kau ini? Cengeng!” setelah berkata begitu ia malah dengan santainya melangkah pergi.
“Yak” teriakku tak terima. Namun, percuma sepertinya ia sengaja tak menghiraukanku.
~o0o~
Sudah seminggu Yura disini. Kondisinya naik-turun. Sekarang aku menatapnya yang tengah tertidur.karena merasa mengantuk, kuputuskan untuk ke kafetaria membeli kopi. Mungkin itu akan sedikit membantu.
Saat sampai di kafetaria dan mendapat yang kuinginkan aku berniat kembali ke kamar Yura. Tapi, baru beberapa langkah aku berhenti ketika melihat sosok namja yang selama ini rela menggatikanku berjaga UGD duduk di salah saty kursi yang tersedia di sana, Kyuhyun. Sebenarnya namja itu baik tapi, entah kenapa saat berada di dekatnya aku merasa nyaman dan aman. Mungkinkah aku… jatuh cinta? Aku cepat-cepat menggeleng. Itu tak mungkin!
Entah dorongan dari mana kini aku berjalan kearahnya. “Kau tak perlu melakukannya,” kataku to the point dan menatapnya. Ya, sebenarnya aku menyadari sesuatu, kenapa akhir-akhir ini dia lembur sedangkan jam kerjaku berkurang?
Ia terlihat mengerutkan kening tak mengerti sampai detik berikutnya..
“Aku tau Yura membutuhkanmu dan kau perlu istirahat,” ia menenggak kopinya sampai habis.
“Gomawo,” ujarku lirih. Ia memandangku sebentar dan tersenyum lembut. Matanya yang sayu menatapku dalam. Ada desiran aneh ketika aku melihatnya.
“Cheonma” ia lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkanku yang masih termangu. Aigo.. Hyunsae apa yang kau pikirkan? Fokuslah pada Yura.
~o0o~
Seuol International Hospital, 2 February 2012
Huft… rasanya badanku mau rontok. Sudah sebulan lewat Yura dirawat di rumah sakit. tapi tak ada perkembangan yang berarti. Lupus sudah menyerang otaknya dan sekarang ia menjadi mudah marah karena menahan sakit. Aku sudah harus kerja full time lagi seperti biasa. Aku tak enak jika pekerjaanku harus ditanggung terus oleh Kyuhyun.
Saat keluar dari kamar Yura, Kyuhyun sudah ada di depanku dengan dua cangkir kopi di tangannya. Aku hanya tersenyum simpul. Kini hubunganku dengan Kyuhyun tak secanggung dulu. “Untukmu”. Ucapnya seraya menyodorkan salah satu cangkir kopi ditangannya.
“Gomawo.”
Kami berjalan beriringan menuju UGD. Kami berbincang banyak di lorong. Sekarang aku tau kalau ia juga sudah yatim piatu sama sepertiku. Ayahnya meninggal saat ia kecil dan ibunya meninggal tepat di hari kelulusannya menjadi Dokter. Sungguh tragis memang.
Saat kami sampai di UGD, sebuah suara mengejutkan kami berdua yang sedang ngobrol.
“Hyunsae-ah! Kau kemana saja aku sudah mencoba menelponmu tapi tak pernah kau jawab,” ternyata pemilik suara itu adalah Donghae. Huh menyebalkan sekali! Sudah ditolak masih saja mengejar! Dasar Playboy cap kadal!
“Mi-mian Donghae-ssi. Memang ada apa?” kenapa aku jadi gugup ya? Bukannya menjawab ia malah memandang Kyuhyun. Seolah mengerti keadaanku Kyuhyun mengembalikan postur Dokternya.
“Ehem.. maaf, saya dokter jaga sekarang. Ada yang bisa saya bantu?” aku terkikik melihat ekspresi Donghae. Dengan santai aku berlalu meninggalkan Donghae dan Kyuhyun. Samar masih bisa kudengar Donghae bicara tergagap dengan Kyuhyun.
“Em.. em.. anu.. saya keringat dingin ,Dok.”
~o0o~
Author’s POV
Tanpa di ketahui Hyunsae, Yura di kamarnya mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya. Ia mencari Hyunsae tapi sang kakak tak diketahui keberadaanya. Beruntung ada seorang suster hendak mengecek keadaanya. Ia terkejut dan segera berlari ke ruang UGD meminta bantuan.
“Code blue! Dokter tolong kamar VIP nomor 208. Code blue!” Deg!. Bukankah itu kamar Yura! Hyunsae yang memang sedang bekerja terkejut dan beranjak ke kamar Yura bersama Yoon eun. Kyuhyun segera berlari mengejar Hyunsae yang sudah berlari duluan sambil menelpon Dokter Yoon yang baru saja keluar. Sesampainya di kamar Yura Kyuhyun mendapati Hyunsae dengan wajah pucat pasi memegang tangan Yura yang mengejang.
“Biar aku.” Kyuhyun segera mengambil alih Yura. Ia melirik ke monitor jantung, sementara Yoon eun memeriksa tanda vital Yura. Kyuhyun tak perlu mendengar laporannya. Ia sudah tau keadaan Yura yang mulai mengejang.
“Sudah sangat lemah Dok!” lapor Yoon eun. “Siapkan defib. Saya resusitasi.” Yoon eun yang mendengar perintah dengan sigap menyiapkan sebuah alat pengejut jantung. Sembari menunggu Yoon eun, Kyuhyun berusaha menggenjot jantung Yura secara manual.
Hyunsae yang ada melihat itu hanya terdiam disisi tempat tidur. Wajahnya pucat sekali dan tangannya mencengkram kuat spray kasur. Pintu kamar terbuka dan menampakan Dokter Yoon. Dengan cepat ia mempelajari keadaan pasien sambil mendengarkan laporan Kyuhyun.
Ia menerima defibrillator yang diberikan Yoon eun dan menggosoknya dengan gel. “200 joule”
Mereka semua mundur.
Yoon eun yang mengoperasikan alat tersebut menekan tombol. Tubuh Yura tersentak. Kyuhyun segera memeriksa nadinya. Tidak ada. Kyuhyun beralih menatap Hyunsae. Melihat gadis itu begitu pucat hati Kyuhyun merasa pedih.
“Dokter Cho! 300 joule! Siap!” Dokter Yoon berkata keras mengagetkan Kyuhyun. Ia mundur beberapa langkah dan alat itu menhentak tubuh Yura kembali. Kyuhyun kembali memeriksa nadinya. Tetap tidak ada. Keringat dingin mulai menetes di keningnya. “Ayolah. Yura kembalilah!’ bisiknya.
“Dokter Cho?” tanya Dokter Yoon.
Dengan lemas Kyuhyun menggeleng. Jantung Hyunsae berdetak lebih kencang dari biasanya. Monitor jantung membunyikan satu nada yang terdengar nyaring dan datar. Hyunsae tak percaya akan hal ini. Kepalanya mendadak pusing. Rasanya dadanya sesak dan sakit. ia masih bisa mendengar Kyuhyun berkata , “Ia sudah pergi. Waktu kematian 03.25 am” dan semuanya menjadi gelap.
Kyuhyun menoleh ke arah Hyunsae yang telah mencapai titik  kesadarannya. Ia memeluknya tepat saat ia jatuh pingsan. “Masih ada aku. Kau tidak sendirian. Saranghae” bisik Kyuhyun sambil meneteskan air mata menyatu dengan milik Hyunsae.
~o0o~
Hyunsae mulai membuka matanya dan melihat Kyuhyun duduk disampingnya. Menatap penuh kekhawatiran. Ia teringat sesuatu. Yura telah tiada. Sekarang ia menjadi sebatang kara. Rasa sedih kembali menyergap Hyunsae. Masa-masa indah bersama adiknya bergulung tanpa henti diotaknya. “Yura…” Ia memejamkan matanya. Air matanya kembali mengalir membasahi pipinya.
Kyuhyun ingin mengusap air mata Hyunsae, memeluknya, mengambil segala kepedihannya. Namun, para suster masih melirik mereka.
Kini Hyunsae tengah menangis sesenggukan di depan  gundukan tanah pemakaman yang masih baru. “Yura. Eoni sayang kamu. Eoni sayang kamu.” Hyunsae menutup wajahnya dan tangisnya semakin pecah.
“aku tak sempat mengenal yeoja hebat yang bisa hidup dalam kegelapan seumur hidupnya. Tapi, aku beruntung karena mengenal kakaknya.” Suara lembut yang sering datang tiba-tiba menyapa Hyunsae yang masih betah menutup matanya. Ia tidak perlu menatap siapa yang menyapanya karena ia sudah hafal siapa pemilik suara itu.
“Ia tidak tau aku menyayanginya” kini Hyunsae mulai membuka tangan yang sedari tadi menutup mukanya.
“Dia sangat mengetahuinya dan ia juga sangat menyayangimu. Kau tau itu kecuali kau mau dia melihatmu menyiksa diri.”
Hyunsae berdiri membalikan badannya menatap namja yang kini berdiri tegap dengan kemaja putih dan celana panjang hitam. Ia nyaris akan membentak namja itu jika tak melihat wajah sendunya yang menatapnya penuh cinta.
“Aku tak bisa membiarkanmu menyiksa dirimu terus. Aku yakin Yura setuju denganku tentang hal itu.”
Hyunsae mnggeleng “Wae? Kenapa kau begitu baik padaku? Kumohon jangan lakukan itu.” Hyunsae mengatakannya dengan suara bergetar. Kyuhyun berjalan mendekatinya. Tangan kekarnya menyentuh pipi Hyunsae, mendongakan wajahnya. Setetes air mata menetes dari kedua mata indahnya. Kyuhyun menghapusnya dan memeluk Hyunsae sangat erat.
“Kumohon jangan sedih. Yura juga tak menginginkannya. Saranghae.” Hyunsae tersentak melepaskan pelukan Kyuhyun dan menatapnya tajam. Kyuhyun hanya tersenyum lembut dan berjalan meninggalkan makam dengan perlahan. Ia merutuk dirinya sendiri karena tak berani menyatakan perasaan secara langsung. Saat sudah beberapa langkah ia membalikan badan.
“Sampai bertemu di rumah sakit, Dokter Lee.” Kemudian kembali berjalan meninggalkan Hyunsae dengan perasaan kacau.
~o0o~
Hari ini Hyunsae kembali masuk kerja setelah 2 hari meninggalnya Yura. Ia lebih memilih bekerja daripada istirahat. Karena jika istirahat ia akan kembali teringat Yura. Ia tengah bersiap seperti biasanya. Hanya saja sekarang ia tak menghitung sampai 10 untuk menentukan mandi atau tidak. Sekarang jam 05.30 am dan dia sudah siap. Terdenar suara ketukan pintu.
Hyunsae agak terkejut melihat siapa yang bertamu pagi-pagi begini.
“Kau sudah siap?” tanya Kyuhyun di ambang pintu.
“Kau bisa naik sepeda?” tanya Hyunsae balik. Kyuhyun mengangguk dan menantang, “Kau mau aku bonceng?”
Setelah mengunci pintu, Hyunsae duduk di bangku belakang sepeda untuk pertama kalinya dan Kyuhyun memboncengnya. Perjalanan ke rumah sakit terasa begitu cepat. Bahkan Hyunsae masih belum menyangka kini mereka jalan bersama di halaman rumah sakit menuju UGD. Hyunsae kembali memikirkan perkataan Kyuhyun saat di pemakaman. Apa dia salah dengar atau Kyuhyun yang tak berani mengatakannya? Pertanyaan it uterus berputar di otaknya.
“Gomawo karena sudah menjemputku. Kau terlihat lelah.” Kyuhyun tersenyum, “Aku baru selesai tugas.” Apa? Jadi dia belum pulang?batin Hyunsae.
“Kalu begitu sebaiknya kau segera pulang dan istirahat.” Kyuhyun mengangguk dan berjalan keluar rumah sakit.
Saat di depan ruang UGD Hyunsae bertemu dengan Dokter Yoon. “Dokter Lee, kukira kau tak perlu masuk dulu istirahatlah.”
“Gwaenchana” jawab Hyunsae sambil tersenyum. Namun, baru beberapa langkah memasuki UGD badan Hyunsae limbung dan kepalanya terasa pening. Dokter Yoon yang menyadarinya bergerak cepat memanggil suster untuk membantunya menuntun Hyunsae ke kursi roda. “Malam ini istirahat di rumah sakit untuk observasi ya?” Hyunsae hanya bisa pasrah dan mengangguk.
Dokter Yoon mengamati kondisi Hyunsae. “Lakukan tes lengkap padanya” perintah Dokter Yoon pada Yoona yang kebetulan sedang bertugas.
“Tes lengkap…” Yoona menggantungkan kalimatnya. Dokter Yoon mengangguk.
“Termasuk tes ANA.”
“Baik, Dok.”
Dokter Yoon menatap punggung Hyunsae yang menjauh. Gadis itu tidak menyadari butterfly rush ( tanda khusus bagi penderita lupus yang berupa ruam berbentuk kupu-kupu kemerahan di wajah) menghiasi wajahnya.
~o0o~
Hyunsae melihat Kyuhyun masuk ke kamar rawatnya. Ia refleks membereskan rambut dan menegakan badannya. Kyuhyun tertawa renyah. “Pasien tidak perlu terlihat rapi jika dokternya datang. Kecuali ingin menarik perhatian dokter,”
Hyunsae langsung cemberut mendengar perkataan Kyuhyun. Namun. Mau tak mau ia tersenyum melihat tatapan lembutnya. Kyuhyun berjalan mendekat. “Bagaimana keadaaanmu?”
“Baik”
“Anyeong, Dok?” Yoona membawa alat suntik untuk mengambil darah. “Perintah Dokter Yoon, tes lengkap.” Hyunsae mengangguk mengerti. Ia menggulung lengan bajunya sambil melirik Kyuhyun yang berjalan mundur. “Aku tunggu diluar” kata Kyuhyun setengah berbisik.
“Anyeong, bagaimana keadaaanmu, Dokter Lee?” Prof. Kim masuk dengan senyumannya.
“Baik, Prof.”
Yoona selesai mengambil darah Hyunsae.
“Kapan saya keluar?”
“Kalau keadaanmu hari ini membaik kamu boleh keluar besok.” Hyunsae terlihat mangut-mangut.
“Emm, Sus, Dokter Cho masih diluar?” Yoona pergi ke depan dan melihat Kyuhyun duduk di sofa. Ia mringis geli. “Tenang, Romeonya masih setia menunggu.”
Wajah Hyunsae berubah merah. Ia menunduk untuk menutupinya. Prof. Kim dan Yoona berjalan keluar. Kyuhyun mengangguk pada mereka dan segera masuk ke dalam.
“Kenapa kau baik padaku?” tanya Hyunsae saat Kyuhyun sudah berada di tepi ranjangnya. “Bukankah sudah pernah kukatakan?”
“keunde, saat itu pikiranku sedang kacau. Aku tak bisa mencerna semua kata-katamu,” sebenarnya Hyunsae tau apa yang di katakana Kyuhyun saat di pemakaman adiknya. Tapi ia ingin mendengarnya sekali lagi untuk memastikan.
“Kapan kau boleh keluar?” tanya Kyuhyun mencoba mengalihkan pembicaraan.
Hyunsae mengerucutkan bibirnya karna kesal pertanyannya tak tertanggapi. “Besok”
“Besok hari Jum’at, aku libur hari Minggu. Kau mau dinner denganku?”
“Eoh? Emm.. apa itu kencan?” tanya Hyunsae. Dadanya berdesir aneh.
“Ani. Hanya makan malam biasa. Aku hanya berniat menghiburmu agar tak terpuruk,”
“Bukan kencan?” tanyanya lagi.
“Bukan, hanya makan,” jawab Kyuhyun kalem. Hyunsae mengangguk sambil tersenyum.
~o0o~
“Darimana kau tau tempat ini?” tanya Hyunsae ketika mereka sampai di sebuah restaurant yang menghadap langsung ke pantai. Makanan sudah siap terhidang di depan mereka. Kyuhyun hanya tersenyum. Mereka mulai makan dengan tenang.
“Aku tak terlalu mengenal adikmu. Sebenarnya dia seperti apa?” tanya Kyuhyun memecah kesunyian.
Hyunsae dengan semangat menceritakan segala hal tentang Yura. Bahkan ia bercerita hampir sepanjang malam. Kyuhyun terlihat mendengar setiap perkataan Hyunsae tanpa merasa bosan sekalipun.
“Mian. Apa aku terlalu banyak bicara?”
“Ne, kau memang banyak bicara. Tapi, aku senang.” Ujar Kyuhyun tersenyum.
“Oh ya, bagaimana sosok ibumu?” kini giliran kyuhyun yang bercerita tentang ibunya. Mereka mulai saling berbagi. Kyuhyun mengajak hyubsae pulang karena restaurant akan segera tutup. Saat diperjalan pulang ia merasa ada yang aneh dengan Hyunsae.
“Neo Gwaenchana?” tanya Kyuhyun khawatir melihat wajah Hyunsae yang kembali pucat.
“Ne, nan gwaenchana. Hanya sedikit…” perkataan Huynsae terpotong ketika tiba-tiba ia pingsan. Kyuhyun menjadi panic dan segera melajukan mobilnya dan membawa gadis itu ke rumah sakit.

“Mian. Tadi aku pingsan.” Kata Hyunsae saat sudah tersadar di tempat tidur UGD.
“Pingsan kok minta maaf. Apa yang perlu di maafkan?” Hyunsae juga tak mengerti kenapa akhir-akhir ini kesehatannya menurun drastis. Dokter Yoon masuk ke UGD. Kyuhyun seakan mengerti, ia meninggalkan Hyunsae untuk diperiksa. Saat keluar UGD Kyuhyun langsung ke ruangan Prof. Kim untuk menanyakan hasil leb milik Hyunsae.
~o0o~
Kyuhyun’s POV
“Tes ANA menunjukan bahwa ia positif terkena lupus.” Aku hanya diam setelah mendengar perkataan Prof. Kim. “Aku saja masih bingung bagaimana menyampaikannya. Dokter Cho, aku tau Dokter Lee adalah seseorang yang berarti dalam hidupmu begitu juga sebaliknya. Jadi, kumohon kau bisa menyampaikannya dan memberinya motivasi.”
“Tapi Prof, dia baru saja bisa kembali jadi Hyunsae yang sebenarnya. Aku tak bisa membayangkan bagaimana persaannya saat mengetahui penyakit yang ia benci sekarang bersarang ditubuhnya.” Aku menghela nafas,” Lagipula belum tentu dia mau menerimaku”
“Jika kau tak bisa menjadi kekasihnya, maka kau bisa jadi teman untuknya,” ujar Prof. Kim menepuk pundakku.
Setelah berpamitan, aku keluar dari ruangannya membawa hasil tes ANA milik Hyunsae. Aku berjalan menuju kamar rawat milik Hyunsae dengan berat hati. Diotakku hanya ada kemungkinan-kemungkinan reaksi Hyunsae saat menerima kabar ini.
Kini, aku sudah ada di depan pintu kamarnya. Perlahan kubuka pintu itu dan mendapati Hyunsae tengah tersenyum ke arahku.
“Anyeong,” sapaku.
“Anyeong. Bagaimana hasil tesku?” Deg! Apa aku harus memberi taunya sekarang? Ya Tuhan, kuatkan dia untuk menerima hasil tesnya. Dengan berat hati aku mengulurkan amplop hasil tes lengkap milik Hyunsae.
“Igeo,”
Dia membukanya dengan antusias dan membacanya. Namun, senyuman yang tadinya tersungging dibibirnya perlahan luntur digantikan denan wajah berekspresi datar. Sama seperti saat aku pertama kali kenal dengannya.
“Ternyata tuhan mendengar permintaanku. Hanya saja terlambat mengabulkannya.” Ia berujar sambil tersenyum miris.
“Hyunsae-ah, lupus bukanlah akhir dari segalanya. Masih ada aku yang akan membantumu melewati ini.”
“Sudahlah aku lelah. Aku mau tidur kau bisa tinggalkan aku Kyuhyun-ssi,” ia merebahkan diri membelakangiku setelah berkata seperti itu. Dia berubah menjadi dingin kembali.
Aku hanya memandangi punggungnya dan berjalan perlahan keluar dari kamarnya. “Jaljayo” ucapaku sebelum menutup pintu kamarnya.
~o0o~
Kini aku sedang terduduk di taman dekat rumahku. Suasana disini sepi karna jam sebelas malam adalah waktu yang tak tepat untuk menghabiskan waktu luang di taman. Tapi bagi aku dengan perasaanku yang kacau melihat Hyunsae bersikap dingin lagi padaku tempat ini cukup cocok untuk menenangkan pikiran. Tameng yang berhasil kuhancurkan kini telah ia bangun lagi. Bahkan terasa lebih kokoh hingga aku sulit menghancurkannya kembali.
ARGH!!!
Aku berteriak sekencangnya berusaha mengurangi rasa sakit di dadaku karna perlakuannya padaku. Sudah 2 bulan sejak ia didiagnosa mengidap lupus. Dan selama itu juga ia berusaha menghindariku. Dari berpura-pura tidur saat aku menjenguknya hingga menyuruh Dokter lain untuk menanganinya. Jika kami tak sengaja bertemu ia akan memalingkan wajahnya dan menganggapku tidak ada. Kondisinya semakin menurun karna ia sendiri tak memiliki semangat untuk sembuh. Aku teringat saat eomma mengatakan cinta itu rumit saat aku menanyakan kenapa eomma mau menikah dengan Appa yang saat itu tak mencintainya sedikitpun.
FLASHBACK ON
“Eomma..” panggilku pada seorang yeoja berkursi roda yang telah berjuang mempertaruhkan nyawanya demi memberiku kesempatan untuk melihat dunia.
“Kyu, kau kah itu?”
“Ne, eomma. Kenapa eomma duduk diluar saat cuaca dingin seperti ini?”
“Tidak ada. Eomma hanya teringat Appamu. Dia sangat dingin tapi juga lembut seperti salju.” Ujar eomma menerawang.
“Eomma, mengapa eomma bisa menikah dengan Appa?” tanyaku yang kini sudah mengambil tempat di sebelahnya. Ia mengalihkan pandangannya padaku sekarang. Menatapku penuh kasih sayang.
“Kau tak akan mengerti jika belum merasakannya. Tunggulah saat kau sudah menemukan yeoja yang pantas mendampingimu kelak,”
Mendengarnya aku hanya mendengus. “Jangan bilang eomma mau menjodohkan aku sama seperti eomma dan appa yang di jodohkan Halmeoni,”eomma tertawa renyah.
“Aigo.. mana mungkin eomma tega melakukannya. Eomma memberimu kebebasan menentukan pasangan hidupmu. Mungkin saat itu eomma beruntung karna bisa mencintai dan dicintai appamu. Tapi, mungkin akan sulit jika itu kau,”
“Wae?”
“Kaukan selalu dingin dengan wanita. Eomma jadi meragukan jika kau mengenal yang namanya yeoja,” kata eomma dengan wajah menyelidik.
“Aissh..eomma banyak sekali yeoja yang mengelilingku tapi, memang tak ada yang bisa membuatku jatuh cinta,” kataku membela diri.
“Itu karna kau tidak peka.” Ia terdiam sejenak, “cinta itu lebih rumit dari yang kau kira Kyu. Jika nanti kau sudah menetapkan hatimu untuk seseorang kejarlah dia. Jangan sampai kau menyesal jika kau melepaskannya.”
FLASHBACK OFF
Yah, eomma benar! Seharusnya aku berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan Hyunsae. Seharusnya sekarang aku di rumah sakit menemaninya. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju rumah sakit lagi untuk bertemu dengan Hyunsae, menyatakan perasaanku padanya dan membuat ia berada disisiku selamanya.
Saat sampai di rumah sakit aku mendapat tatapan heran dari Suster Kim dan Suster Hwang yang kebetulan sedang berjaga.
“Dokter Cho, kenapa kembali lagi? Apa ada yang ketinggalan?” tanya Yoon eun.
“Ani. Emm, sus boleh saya minta bantuan?”
“Tentu” jawab kedua suster itu kompak.
Kyuhyun’s POV end
Hyunsae’s POV
Huft.. beginilah aku sekarang. Tubuhku bengkak karna lupus menyerah ginjalku. Kasus yang sama dengan keponakan Dokter Yoon yang kini aktif mengunjungiku untuk sekedar memberi motivasi karna permintaan Dokter Yoon. Aku cukup berterimakasih padanya karna membuatku sadar jika aku harus berjuang untuk hidup.
Tok! Tok! Kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Tak berapa lama kemudian muncul dua kepala yeoja yang sudah sangat kukenal. Aku memandang malas kea rah mereka yang kini berjalan mendekat ke arahku.
“Apa? Kalian tenang saja aku sudah meminum obatnya,”
“Bukan itu yang mau kami sampaikan. Tapi…” bukannya melanjutkan kalimatnya Hyunri malah melirik ke arah Yoon eun.
“Tapi apa?” tanyaku mendesak mereka. Aku bukan orang yang suka jika dibuat penasaran.
“Dokter Lee, kuharap setelah mendengar ini kau harus tenang, oke?”
“Oke. Sekarang apa yang mau kalian katakan?”
“Emm.. Dokter Cho, dia kecelakaan saat hendak pulang dinas. Sekarang dia ada di kamar rawat. Kondisinya parah. Dia koma,”
Deg! Jantungku kembali berpacu. Rasanya sama ketika aku harus kehilangan Yura.
“Dia juga terus memanggil nama Dokter sebelum akhirnya kami berikan bius untuk menenangkannya,”
“Antarkan aku ke kamarnya,” kataku cepat yang di balas anggukan dari dua suster dihadapanku.
~o0o~
“Kyu..” lirihku saat aku sudah berada disamping tempat tidurnya. Aku melirik sekilas Yoon eun dan Hyunri. Mereka terlihat mengangguk dan pergi meninggalkan kami-Aku dan Kyuhyun.
Setelah mereka pergi aku hanya diam memandangi wajahnya yang penuh luka dan di balut perban. Selang infus dan masker oksigen terpasang di tubuhnya. Entah kenapa hatiku sakit saat melihatnya dalam keadaan seperti ini. Air mataku keluar dengan sendirinya. Perlahan ku angkat tanganku menggenggam tanngannya.
“Cho Kyuhyun. Kenapa kau seperti ini eoh? Apa ini karna aku? Kumohon maafkan aku. Mian, karna aku baru menyadarinya sekarang. Saranghae.” Ucapku bergetar karna aku menangis. Ku tundukan kepala menangis lebih keras.
“Nado,” aku sontak mendongak setelah mendengar suara bass yang amat ku kenal. Aku semakin terkejut melihatnya bangkit dan melepas perban, infus, dan masker oksigennya seolah tak terjadi apa-apa.
“Apa kau memang harus melihatku terluka dulu baru mau mengakui perasaanmu eoh?” aku tersadar dari lamunanku dan segera memberinya tatapan tajamku.
“Yak! Jadi kau hanya pura-pura! Aku sangat menyesal telah datang kesini,” ujarku hendak menggerakan kursi rodaku untuk pergi sebelum tangan kekarnya menahanku.
“Yak! Mana bisa kau pergi begitu saja setelah dengan lancangnya kau masuk ke dalam hati seorang Cho Kyuhyun,”
Aku tertegun mendengar ucapannya. Ia kini sudah berada di hadapanku dengan berlutut.
“Dokter Lee, aku memang bukan namja yang sempurna tapi, aku memiliki cinta yang sempurna untukmu,” ia menghela nafas sejenak, “Aku bukan orang yang suka mengumbar janji. Jadi aku to the point saja. Maukah kau menerima Cho Kyuhyun sebagai pendamping hidupmu?”
Mataku mulai berkaca-kaca saat ia mengatakan perasaannya padaku. Tapi, bagai di hantam palu aku tersadar dengan kondisiku yang sekarang itu membuatku ragu untuk menerimanya.
“Walau aku tak cantik dan berubah jadi gendutpun kau akan tetap disisiku?”
“Keureom.” Katanya sambil mengangguk mantap. “Jadi, apa kau menerimaku?”
Aku hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaannya. Dia terlihat sangat senang hingga memelukku terlalu erat.
“Kyu, aku tak bisa bernafas,”
“Eh? Eoh mian. Aku terlalu senang,” ujarnya melepaskan pelukannya.
Aku hanya tersenyum melihatnya salah tingkah. Tapi, perlahan dia mendekatkan wajahnya hingga aku bisa merasakan nafasnya menerpa wajahku. Entah dorongan dari mana aku menutup mataku.
CHU~
Sesaat kemudian kurasakan sesuatu yang lembut, kenyal dan manis menyentuh permukaan bibirku. Kyuhyun dia menciumku. Untuk beberapa saat bibirnya hanya menempel di bibirku hingga ia melumatnya dengan lembut. Aku yang mulai terbuai dengan sentuhannyapun mulai membalas setiap lumatnya. Kami berciuman cukup lama hingga Kyuhyun melepaskan tautan kami.
“Saranghae,” ujarnya setelah ia bisa menormalkan nafasnya.
“Nado,” ucapku.
BRAKK!!
Tiba-tiba ada suara dari arah pintu. Kami berdua langsung menoleh dan terkejut mendapati dua makhluk tak di undang tengah mengaduh setelah terjatuh lebih dulu di dekat pintu.
“Yak! Bisakah kau turun dari tubuhku. Kau itu berat sekali,” kata Yoon eun berusaha menyingkirkan tubuh Hyunri yang ada di atasnya.
“Hehehe mian. Salahmu sendiri kenapa mendorong pintunya?”
“Kau yang mendorongku hingga terjatuh!”
“Benarkah?”
Aku dan Kyuhyun hanya melongo melihat pertengkaran mereka.
“Mian Dokter jika kami sudah mengganggu momen kalian. Anggap saja kami tak tau apa-apa tentang malam ini. Kami permisi dulu.” Jelas Yoon eun panjang lebar dan mengajak Hyunri pergi begitu saja. Samar-samar aku mendengar percakapan mereka.
“Asyik! Kita dapat bahan baru untuk besok,” ujar Hyunri.
“Ne. Tak sia-sia kiat kerja lembur,”
“Yak!” teriakku saat tersadar dari lamunanku.
“Aissh. Mereka pasti akan menyebarkannya besok,” gerutuku.
“Aissh. Kau berisik sekali Nyonya Cho! Aku mau tidur,” aku langsung menoleh ke arah Kyuhyun yang sudah berbaring lagi di tempat tidur.
“Yak! Bagaimana kalau mereka melihat kita berciuman dan menyebarkannya huh? Dan siapa yang kau panggil Nyonya Cho? Margaku masih Lee,”
“Aissh.. ternyata kau cerewet juga ya? Jika mereka mau menyebarkan berita jika kita akan menikah itukan menguntungkan kita. Jadi, kita tak perlu repot-repot membuat undangan dan menyebarkannya. Seharusnya kau bersyukur ada orang yang mau menolong kita menyebarkan berita bahagia ini. Dan soal Nyonya Cho, aku hanya membantumu membiasakan diri dengan panggilan itu jika nanti kau sudah menikah denganku,” jelasnya panjang lebar.
“Kau menyebalkan,” dia tak menyahut perkataanku dan memejamkan mata.
~o0o~
A years later…
Seoul, 3 February 2013
Aku memandang gundukan tanah yang menyimpan jasad orang paling ku sayangi.
“Yura bogoshipo,” ku elus batu nisan dengan nama Lee Yura. Air mata meluncur di kedua pipiku.
“Yura-ya, kau lihat? Eonimu itu sangat cengeng,” ujar seseorang yang kini berdiri di sampingku. Aku melihatnya sejenak kemudian mendengus.
“Jika disini kau hanya mau mengadu dengan adikku, lebih baik kau tunggu di mobil,” ujarku ketus.
“aku tak mengadu aku hanya memberikan sebuah fakta,” satu hal yang sekarang kutau dari Kyuhyun, dia kekanakan.
“terserah,” ujarku beranjak dari makam menuju mobil Kyuhyun yang terparkir di luar.
“Yak! Kenapa kau meninggalkanu?”
Tak ku dengarkan teriakannya dan terus berjalan menuju mobil. Yah, sekarang aku bukan Hyunsae yang dulu. Margaku bahkan sudah berganti. Berkat namja yang bernama Cho Kyuhyun aku mengenal yang namanya cinta. Dan karna Prof. Han yang selalu memberiku nasihat membuat aku bisa bertahan dengan lupus hingga sekarang. Setidaknya aku punya alasan untuk tetap hidup. Benar kata Prof.
“Siapa bilang kita tak bisa hidup berdampingan dengan lupus?”
FIN~


Mian kalau FFnya jelek. Maklum saya masih pemula di dunia tulis menulis. FF ini saya buat atas permintaan temen saya yang ngefans sama Cho Kyuhyun, Lisa Dwi Hanifah. Hope You Like!
Kritik dan Saran sangat diperlukan jadi mohon tinggalkan jejak kalian, oke!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Good Job Thor
Nice Story
tpi kasian bget Kakak Donghae..
bsa nggk capnya d gnti. playboy cap apa gtu, yg berkelas dikit
overall keren
keep writing !!
waiting for your next FF !!

Posting Komentar